Untuk menulis artikel ini, sebenarnya DD tidak mau berpanjang lebar.
Karena ini berkaitan dengan tradisi dan budaya masyarakat Tibet,
setidaknya sahabat – sahabat bisa mencarinya sendiri lewat bantuan
Google.
Artikel ini berkaitan dengan prosesi perawatan jenasah. Yang sudah
pasti berkaitan dengan agama, budaya dan kultur suatu masyarakat atau
negara, yang dalam konteks kali ini masyarakat Tibet.
Foto – foto yang dipajang dalam artikel ini amat sangat
mengerikan, jadi jika anda tidak merasa perlu, langsung saja
menghentikan membaca artikel ini dan tidak perlu melihat foto yang
bersangkutan.
DD tidak bisa memberikan penjelasan yang lebar tentang prosesi ini,
karena berkaitan dengan sumber yang DD baca juga tidak mengulas secara
lebar. Sekali lagi, cari saja penjelasan ritual seperti ini lewat
Google.
Situs yang memuat foto ini, DD dapat dari blog :
[You must be registered and logged in to see this link.] .
Blog yang menduduki peringkat paling atas dinegeri Belanda. Blog yang
paling kontroversial & paling kasar, dan paling banyak dikunjugi.
Blog ini begitu banyak pengikutnya ( sekitar 500.000 ), dan tahun
ini berhak membuat rumah produksi dan menjadi stasiun televisi. Uh,
gila, deh. Dari blog menjadi televisi.
Oke, kita kembali ke permasalah diatas, tentang prosesi rawat
jenasah. Yang dalam hal ini bagian dari rangkaian siklus kehidupan.
Jenasah akan menyatu dengan alam, baik dengan cara dikubur atau
dibakar.
Alam akan menjadi persinggahan terakhir. Jika jenasah dikubur, mayat
akan menjadi santapan cacing tanah atau sejenisnya. Tetapi ada cara
lain ! Yaitu dengan memberikan jenasah kepada burung – burung pemangsa
mayat manusia. Memberikan mayat manusia kepada makhluk alam agar siklus
kehidupan terus berputar. Lihat gambarnya dibawah !!
- Spoiler: